Pelajar peduli covid 19

Pelajar peduli covid-19

Blog pertama 


Apa itu Covid-19?

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2, pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, di provinsi Hubei Cina pada Desember 2019.
Covid-19 telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah.
Covid-19 sebelumnya dikenal sebagai Novel 201 Novel Coronavirus (2019-nCoV) penyakit pernapasan, sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan nama resmi sebagai Covid-19 pada bulan Februari 2020.

Desember 2019 lalu khalayak dunia terhenyak akan
virus corona jenis baru.
Meskipun para ilmuwan di seluruh dunia telah bekerja keras untuk menjawab beragam pertanyaan mengenai virus ini, masih ada banyak yang belum kita pahami.
Berikut ini beberapa pertanyaan besarnya:

1. Berapa banyak orang yang telah terinfeksi?

Ini pertanyaan paling mendasar, tapi juga yang paling krusial.
Terdapat ratusan ribu kasus terkonfirmasi di seluruh dunia, tapi ini hanya sebagian kecil dari jumlah total infeksi. Dan angka sebenarnya makin samar karena jumlah kasus asimptomatik – orang yang membawa virus tapi tidak menunjukkan gejala-gejala – tidak diketahui.
Pengembangan tes antibodi akan memungkinkan para peneliti untuk melihat apakah seseorang membawa virus. Hanya ketika itulah kita akan memahami seberapa jauh atau seberapa mudah virus corona penyebab Covid-19 menyebar.

2. Seberapa mematikan virus ini?

Sampai kita tahu jumlah kasus sebenarnya, mustahil untuk memastikan tingkat kematian. Saat ini estimasinya sekitar 1% dari orang yang terinfeksi koronavirus itu meninggal . Tapi jika ada banyak pasien asimptomatik, tingkat kematiannya bisa jadi lebih rendah.

3. Apa saja gejalanya?

Gejala umum virus corona adalah demam dan batuk kering — ini yang perlu Anda perhatikan.
Sakit tenggorokan, sakit kepala, dan diare juga telah dilaporkan pada beberapa kasus dan ada spekulasi kuat bahwa beberapa kasus akan merasakan kehilangan indera penciuman.
Tapi pertanyaan paling penting ialah apakah gejala ringan yang mirip demam, misalnya hidung berair atau bersin, ada pada beberapa pasien.
Berbagai studi mengisyaratkan bahwa ini mungkin dan orang-orang bisa berpotensi menularkan tanpa tahu mereka membawa virus.

4. Apa peran anak-anak dalam penyebaran virus?

Anak-anak bisa terinfeksi virus corona. Namun, kebanyakan dari mereka menunjukkan gejala ringan dan jumlah kematian di antara anak-anak relatif sedikit dibandingkan kelompok usia lainnya.
Anak-anak biasanya penyebar super penyakit, sebagian karena mereka berkumpul dengan banyak orang (seringkali di taman bermain), tapi dengan virus ini, belum jelas seberapa jauh mereka membantu penyebarannya.

5. Dari mana asal virus ini?

Virus ini muncul di Wuhan, China, pada penghujung 2019, ketika ditemukannya klaster kasus di sebuah pasar hewan.
Virus corona jenis baru, secara resmi disebut Sars-CoV-2, berkerabat dekat dengan virus yang menginfeksi kelelawar, namun virus tersebut diduga ditularkan dari kelelawar ke spesies hewan yang tidak diketahui sebelum ditularkan ke manusia.
"Mata rantai yang hilang" itu belum diketahui, dan bisa menjadi sumber infeksi lebih lanjut.

6. Akankah jumlah kasus menurun pada musim panas?

Demam dan flu lebih umum di bulan-bulan musim dingin daripada di musim panas, tapi belum diketahui kalau cuaca yang lebih hangat akan mengubah penyebaran virus.
Para ilmuwan penasihat Inggris telah memperingatkan bahwa tidak jelas apakah akan ada efek musiman. Jika ada, mereka berpikir efeknya lebih kecil dari efek pada demam atau flu.
Jika memang ada penurunan besar kasus koronavirus di sepanjang musim panas, ada bahaya kasusnya kembali melonjak di musim dingin, ketika rumah sakit juga menangani masuknya pasien dengan penyakit-penyakit musim dingin yang biasanya.

7. Kenapa sebagian orang menunjukkan gejala yang lebih parah?

Covid-19 adalah infeksi ringan bagi kebanyakan orang. Namun pada sekitar 20% orang, infeksi ini terus berkembang menjadi penyakit yang lebih parah. Kenapa demikian?
Kondisi sistem kekebalan tubuh seseorang sepertinya bagian dari masalah ini, dan barangkali ada faktor genetik juga. Pemahaman tentang hal ini dapat menuntun pada cara mencegah orang-orang sampai membutuhkan perawatan intensif.

8. Berapa lama sistem kekebalan tubuh bertahan, dan apakah Anda bisa terinfeksi dua kali?

Ada banyak spekulasi tetapi sedikit bukti tentang seberapa tahan sistem kekebalan tubuh terhadap koronavirus.
Pasien pasti membangun respons imun, jika mereka berhasil melawan virus. Tetapi karena penyakit ini baru ada beberapa bulan, ada kekurangan data jangka panjang. Rumor pasien yang terinfeksi dua kali mungkin disebabkan kesalahan tes yang mengatakan mereka sembuh dari virus.
Pertanyaan tentang kekebalan tubuh sangat penting untuk memahami apa yang akan terjadi dalam jangka panjang.

9. Apakah virus corona akan bermutasi?

Virus bermutasi setiap saat, tetapi sebagian besar perubahan pada kode genetiknya tidak mengakibatkan perbedaan yang signifikan.
Sebagai aturan umum, Anda bisa memperkirakan bahwa suatu virus bakal berevolusi menjadi kurang mematikan dalam jangka panjang, tetapi ini tidak dijamin.
Kekhawatirannya ialah jika virus bermutasi, maka sistem kekebalan tidak lagi mengenalinya dan vaksin tertentu tidak lagi berfungsi (seperti yang terjadi pada flu).

Cara mengendalikan stres karena virus corona

Ahli Kesehatan Jiwa dr. Dharmawan AP, SpKJ mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan kekhawatiran karena virus corona adalah menyaring informasi.
“Apa yang kita baca perlu disaring,” tuturnya kepada Kompas.com Sabtu (21/03/2020).
Menurutnya, perlu untuk membatasi menonton, membaca dan mendengarkan informasi yang berlebihan yang bisa menambah kecemasan.
Ia mengingatkan kepada masyarakat bahwa jika seseorang diliputi rasa cemas hal itu bisa memicu turunnya imunitas.
Padahal, imunitas atau daya tahan tubuh adalah salah satu hal yang penting untuk dijaga agar seseorang tidak sakit.
Kalau kita stres, kortisol meningkat, nanti kortisol bisa menurunkan imunitas tubuh,” ingat dia.
Selain mengontrol informasi yang didapat agar tidak cemas, ia juga mengingatkan agar masyarakat jangan sampai ikut pula menyebarkan informasi hoaks.
Saran yang lain adalah masyarakat memerlukan istirahat yang cukup.
“Cukup istirahat, makan makanan yang bergizi,” lanjut dia.
Ia menambahkan, saat seseorang cemas, sedih atau stres adalah sesuatu hal yang normal ketika dirinya tengah dilanda krisis.
Berbicara dengan orang yang bisa dipercaya seperti keluarga atau teman dekat bisa dilakukan untuk meredakan kecemasan itu.

Jauhi rokok, alkohol, dan narkoba

Yang perlu diingat adalah, saat kecemasan datang seseorang harus menjauhi rokok, alkohol maupun narkoba.
Jika merasakan perasaan yang tidak nyaman, maka masyarakat bisa berkonsultasi dengan profesional di bidang kesehatan seperti psikiater.
Saran lain untuk mengendalikan emosi, adalah menggunakan keterampilan mengatasi emosi di waktu lampau untuk membantu mengatasi perasaan yang tidak nyaman saat ini.
Dharmawan juga mengingatkan terkait antisipasi virus corona yakni agar masyarakat menjaga kebersihan, tidak berkontak dengan banyak orang, kalau perlu pakai masker, menjaga jarak sekitar 1 meter dan selalu menjaga imunitas daya tahan tubuh.
Sumber: TribunNEWS
                BBC INDONESIA
                Kompas

Komentar

Postingan Populer